Tiga minggu yang lalu saya membuat keputusan yang sangat berat. Keputusan yang pada akhirnya membuat hidup saya tiga minggu ini cukup kacau. Keputusan yang saya ambil dengan egoisnya karena saya ga mau apa yang saya beri sepenuhnya tidak dikembalikan sepenuhnya juga. Mungkin memang itu lah manusia, penuh rasa egois.
Seharusnya rasa sayang yang benar-benar tulus tidak mengharapkan balasan, tidak mengharapkan orang yang kita sayangi membalas perasaan kita. Selalu berpengharapan. Selalu menuggu dengan sabar. Tapi apakah sayang yang seperti itu benar-benar ada? Saya sendiri kurang yakin, karena pada dasarnya semua manusia itu egois. Cuma rasa sayang Tuhan kepada anak-anakNya lah yang seperti itu, karena memang itu kasih yang sejati.
tidak ada kasih manusia yang seperti itu,
saya pun tidak
Saya sendiri tidak tau darimana rasa sayang itu muncul, apalagi rasa sayang yang segitu mendalamnya terhadap seseorang,khususnya terhadap pacar sendiri. Mungkin beberapa ada yang berkata sayang itu muncul dari lama waktu yang dihabiskan bersama, muncul dari obrolan yang nyambung, muncul dari perhatian-perhatian yang diberi, menurut anda dari manakah rasa sayang muncul?
Menurut saya sendiri rasa sayang itu datangnya dari Tuhan, karena jujur saya tidak tahu alasan kenapa saya mengasihi seseorang. Hal ini terbukti karena lama waktu yang dihabiskan tidak terlalu lama juga dengan segala hal yang dilakukan tidak sedalam itu juga. Tindakan sweet/baik hati juga ga. Yakin dengan perasaannya juga tidak karena saya menjalani hubungan dengan kekhawatiran yang begitu besar. Sampai sekarang itu menjadi misteri bagi saya kenapa Tuhan membiarkan saya menyayangi orang dengan segitunya. Dan sedalam itu kalian memberikan hati kalian, sedalam itu juga luka yang ditimbulkan.
Dua minggu pertama saya menyesali keputusan yang saya buat, walaupun semua orang berkata bahwa tindakan saya benar tapi pikiran saya menyatakan bahwa saya salah, saya egois, saya tidak berpikir matang dan sebagainya. Dua minggu yang saya lalui dengan mengingat semua kenangan, dimana semua kenangan manis muncul lebih banyak daripada kenangan pahitnya. Dua minggu berpikir dengan hati sehingga saya membenarkan apa yang salah karena satu hal. Saya masih ingin bersama dan saya masih menunggu dia berubah.
Tapi sekarang saya sadar apa yang salah.
Memang dari awalnya hubungan ini tidak didasari pondasi yang kuat, terlalu instan dengan proses yang sangat cepat.
Terlalu banyak perasaan yang saya korbankan.
Terlalu banyak yang saya perjuangkan yang pada akhirnya segala usaha tidak dihargai. Mungkin bukan hubungan namanya apabila hanya satu pihak yang berjuang.
Terlalu banyak kata-kata yang menyakitkan.
Saya terlalu buta untuk melihat sisi yang tidak bisa / tidak mau saya lihat.
selain itu,
Banyak hal-hal yang saya benarkan
Banyak prinsip saya yang korbankan sehingga mungkin bukan icha yang sepenuhnya yang menjalani hubungan.
Dan sekarang saya sadar bahwa dari semua ini ada pembelajarannya. Dan saya bersyukur bisa mendapatkan pembelajaran ini. Saya yakin hal ini bisa membentuk saya menjadi karakter yang lebih kuat, yang lebih menyerahkan diri nya kepada rencana Tuhan. Yang bertindak menggunakan hati dan logika.
Saya sadar bahwa dua minggu ini cukup sia-sia dimana semakin hari saya semakin dibukakan oleh kenyataan. Kenyataan bahwa memang bukan dia yang terbaik. kenyataan bahwa memang inilah jalan Tuhan yang terbaik bagi saya.
dan sekarang dengan segala perjuangan, segala usaha keras, saya berusaha bangkit.
saya berusaha untuk ceria dan tidak membuat teman-teman saya khawatir.
saya berusaha menumbuhkan nafsu makan saya
saya berusaha tersenyum dengan ikhlas saat bertemu di kampus
saya berusaha mencapai mimpi-mimpi saya yang sempat tertunda
saya berusaha lebih fokus lagi dalam studi
saya berusaha memberikan diri dan waktu sepenuhnya untuk pelayanan yang bisa saya lakukan.
saya berusaha untuk ikhlas, memiliki hati yang ikhlas walaupun ini adalah hal yang sangat susah.
saya berusaha untuk tidak mengingat-ingat walaupun hal pertama yang saya pikirkan saat bangun dan hal terakhir saat tidur adalah dia.
dan saya berusaha meyakinkan diri saya sendiri bahwa pasti akan ada yang lebih baik dan yang terbaik, walaupun membohongi diri.
dan dari hati kecil yang paling dalam, masih berharap masih ada harapan , walaupun tau itu tidak mungkin melihat segala egonya dan ego saya
"kadang hati berkata apa, pikiran berkata apa, tidak ada yang salah, yang salah apabila tidak dipikirkan bersama-sama"